Wigra? ia dan wigra sepakat bahwa pencari nafkah utama haruslah lelaki, jadi wigra di rumah tidak akan jadi pilihan mereka.
Eyang Yanni? mereka sudah melihat banyak contoh bahwa seorang anak tidak bisa diurus eyangnya secara terus menerus. Rasa cinta mereka berbeda; hanya cinta, minim pendidikan"
Genre momlit hadir dalam novel ini, Rumah Coklat bercerita mengenai bagaimana menjadi ibu muda dalam kehidupan kota dengan segala permasalahannya. Ibu yang bekerja dari pagi hingga malam tapi ingin sekali mempunyai banyak waktu dengan anaknya. Tentu tidak semudah kenyataanya sampai si anak lebih dekat dengan pengasuhnya, inilah awal dari keputusan untuk memilih apakah tetap bekerja tapi anak tidak mempunyai kedekatan emosional dengan ibunya atau berhenti bekerja dengan segala risiko kehilangan kesibukan, eksistensi dan pendapatan.
Hannah tipikal seorang ibu dan istri yang cepat panik, masih pengen gaul tapi sayang sama keluarga, Wigra tipe suami dambaan para istri, sayang sama keluarga, menerima kekurangan istri, sabar, dan sangat menjaga keutuhan keluarga.
Saya suka novel ini ceritanya sangat membumi ada dalam kehidupan sehari-hari khas kota besar terutama Jakarta, macet adalah perampok waktu nomor satu namun masalah ini tak juga kunjung selesai solusinya, sedangkan kita punya waktu terbatas tetapi waktu malah lebih banyak habis di jalan. Cara Sitta menyelesaikan konflik juga bagus, keluar dari pekerjaan dan menjadi seorang ibu full untuk keluarga tapi tetap masih bisa menyalurkan hobi dengan menerima pekerjaan secara freelance adalah solusi terbaik untuk masa depan anak yang masih balita. Seorang suami yang turut membantu pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak serta mensuport isinya benar-benar menempatkan sudah seperti itu seharusnya seorang suami.
Novel ini mewakili bagaimana perasaan menjadi seorang ibu pekerja dan ibu rumah tangga, senang, sedih dan terharu menjadi satu, so happy reading......:)))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar