Lagi-lagi repost tulisan Tere Liye, yahh lagi suka aja dan pas momentnya disaat lagi bingung dan gemes liat situasi Jakarta berapa hari ini.
Sedih liat Jakarta yang rusuh berapa hari ini, kerugian pasti banyak. Ga hanya materi, korban jiwa pun ada. Apalagi korban perasaan 😊
Saya ga bisa menyalahkan dua pihak, karena setiap orang punya alasan pembenar kenapa mereka berbuat seperti itu.
Hanya mencoba saling mengingatkan dan merenungkan, apakah yang di lakukan ini lebih banyak manfaat apa mudharatnya? Apakah ini baik menurut Allah apa ga?
Saya ga punya pertimbangan lain selain agama, karena dasar atau pegangan hidup saya, ya agama.
Semoga tidak ada kecurangan, semoga tidak ada fitnah, semoga tidak ada saling tuduh. Semoga yang ada hanya kebaikan, saling jujur, saling menghargai dan saling mencintai karena Allah.
Saya mencintai indonesia ini seperti saya mencintai kebaikan-kebaikan. Mari kita mulai dari kita dulu, satu langkah kecil untuk kebaikan sangat berarti untuk Indonesia tercinta.
Jangan terlalu menyanjung manusia. Jika memuji, pujilah Allah yang telah menutup aib dan dosa, karena sejatinya manusia itu tempatnya dosa dan khilaf.
Barakallah fiikum
*Jangan suka berbohong....
Apa itu bohong? Kita semua tentu tahu definisinya. Anak kecil saja tahu.
Apakah kita suka berbohong? Nah, yang ini lebih rumit menjawabnya. Rata-rata kita semua enggan disebut sebagai pembohong, tanpa menyadari, boleh jadi, kita sudah masuk kategori tersebut. Oh ya? Yeap, di tengah hiruk-pikuk media sosial hari ini, jangan2 kita sudah masuk kategori itu.
Ada sebuah hadist yang menarik sekali direnungkan: "Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan." (HR Muslim No. 6).
Baca kalimat hadist itu sekali lagi. Camkan baik2, dan ingat: kalimat itu bukan karangan Tere Liye, tapi keluar dari mulut Nabi, hadist yang kelasnya sahih.
Saat seseorang selalu menceritakan apa yang dia dengar, dikit2 dia share, dikit2 dia posting, semua dia bagikan, bahkan meskipun saat dia share dia kasih keterangan: 'entah benar atau nggak sih ini', maka jangan2 dia telah masuk kategori pendusta.
Ngapain sih kita harus bergegas share, posting, bicarakan hal2 yg kita dengar? Lebih naif lagi saat di share, dia tulis pula 'tolong dicek kebenarannya'. Dasar si tukang rusuh, kalau ente belum tahu kebenarannya, maka jangan dishare. Ini malah di share kemana2 duluan, terlanjur orang lain jadi ikut baca, dan kemudian share lagi. Ketahuilah, setiap kali sesuatu itu tiba di HP kita, maka ada dua pilihan di tangan kita. Berhenti di HP kita, atau kita teruskan ke orang lain.
Maka sesemangat apapun kita, seemosional apapun kita, jangan buru2 hajar share, buru2 bagikan. Bahkan kalaupun isinya sangat menyakinkan, foto2nya seperti asli, videonya seperti sempurna; belum tentu juga benar. Hari ini, ada video (misalnya), orang jatuh di parit, lantas digebukin, dikasih judul maling dipukuli; belum tentu fakta sebenarnya itu memang maling yg sedang dipukuli. Boleh jadi dialah pemilik toko yang kemalingan, jatuh diparit saat mengejar malingnya. Tidak semua video di youtube itu kebenaran. Tidak semua berita yg dishare di whatsapp itu kebenaran. Tidak semua. Bahkan sorry to say, saya mencoba men-scroll home facebook hari ini, saat bertemu share berita, video, foto, 90% isinya sampah. Sy mencoba mengunjungi website2 yg banyak penulisnya, duh, isinya penuh pendapat sepihak, subyektif, dan sangat politis.
Nah, kalaupun kita yakin sekali semuanya kebenaran, kita yakin sekali semuanya suci tak bernoda, maka ingatlah kata Nabi, cukuplah seseorang dianggap berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan. Ngapain pula harus kita ceritaka semua yang kita dengar? Ngapain pula kita harus share semua?
*Tere Liye
**biasanya sih banyak yg baper. sampai lupa, ini hadist nabi. nah buat yg baper, berhentilah kalian sibuk nge share semua hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar