Aku mempunyai simbok di rumah, simbok ini bantu2 bersih di rumah, sudah sangat sepuh, berumur sekitar 80 tapi masih kuat bekerja, Simbok perempuan jawa tulen, setiap hari tetap memakai kebaya dan kain jarik. Simbok juga ga bisa berbahasa Indonesia hanya bisa berbahasa jawa, sedangkan aku ketika baru menetap di Yogya belum bisa berbahasa jawa, kebayang khan bagaimana komunikasi kita berdua, lebih banyak komunikasi bathin 😀
Aku sempat adaptasi kangen rumah selama setahun saat awal di Yogya, hampir setiap bulan sakit, ya sakit panas, flu dll. Banyak yang bilang mungkin karena ga betah di Yogya padahal betah banget tapi badan ini sepertinya yang butuh adaptasi atau hati yang terlalu merindu ketika jauh dari rumah.
Aku awalnya heran kenapa simbok yang udah tua masih mau kerja padahal anak dan cucunya ada yang menanggung biaya hidupnya. Ternyata karena pengen tetap produktif, ga mau hanya diam di rumah. Padahal gaji yang di terima di pakai buat rewang manten para tetangga.
Ga terbayangkan saat aku seusia simbok apa masih bisa seenergik itu, sekarang aja udah ngos ngosan 😅.
Sekarang setiap ke yogya disempatin mampir liat simbok, klo ketemu kita kangen kangenan, pelukan, simbok usianya udah hampir 100 lebih, masih sehat, kerja berat sudah mulai dikurangi. Itulah Yogya bukan hanya kotanya saja yang memenuhi pikiran tapi hati juga sudah di penuhi kasih sayang sepanjang masa, ahhh mbok di mengingat dan menulis kan mu hanya membuat mata dan hati menghangat, rindu sedalam cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar