Ketika membuka ig
seseorang yang saya lupa namanya, saya membaca quote “sekarang yang hits bukan
lagi berlomba lomba atas kemegahan fana, coba belajar temukan bahagia di dalam
sederhana”.
Quote ini rasanya
benar-benar mewakili hati yang sudah tiga bulan di rumah saja. Awalnya bingung
mikirin gimana nanti eh akhirnya lama-lama kalem dan bisa menikmati.
Dua minggu pertama sempat
sakit karena efek psikomatis, dari situ berusaha mengelola stress level dengan
menyibukkan diri dan menjauhi membaca berita. Salah satu kegiatan yang saya coba
adalah berkebun khususnya menanam sayuran. Kenapa sayuran bukan bunga? tanaman
hias sudah saya lakukan dari dulu. Saya ga pernah menanam sayur karena saya
pikir mengurusnya lebih ribet dan lagian sayur mudah di dapat di warung atau
penjual keliling.
Pembatasan aktivitas
karena pandemi membuat beberapa pasar dan warung dekat komplek rumah saya
tutup. Berhubung konsumsi sayur saya lebih banyak dari pada lauk pauk membuat
saya berpikir bagaimana caranya saya bisa dapat sayuran segar setiap hari.
Ketika di berita banyak orang panik memborong makanan di supermarket saya pun
berburu benih sayuran lewat belanja online.
Alhamdulillah di bulan ke
2 saat masih di rumah saja saya sudah bisa menikmati sayuran produksi sendiri
dengan bahasa kerennya from garden to table. Suami saya sempat heran kok mau
maunya saya setiap hari berpanas-panasan, main tanah dengan campuran media
tanam yang disana ada kotoran hewan karena dia tau banget saya orangnya
penjijik dan ogah kena kotor. Jangankan orang lain saya pun heran, tidak hanya
kebiasaan saya tiap pagi yang berubah tapi juga bacaan dan tontonan saya juga
berubah. Tampilan ig saya dari yang isinya fashion berubah menjadi para
penggiat kebun, nonton yutub tentang pertanian sampai saya termehek mehek liat
restoran bumi langit di Yogya dan ngedumel kemana aja saya selama ini sering
bolak balik ke Yogya kok sampai ga tau ada tempat keren begitu.
Karena ingin nambah
pengetahuan saya ikut kelas vegetable gardening, dan itu pesertanya buanyak
dengan latar belakang profesi yang beragam, rata-rata alasan mereka pada ikut
kelas karena pemula dan ingin cari kegiatan selama mendekam di rumah. Berkebun
sendiri bisa meningkatkan imunitas karena ada kebahagiaan yang di timbulkan.
Ketika saya mencari
ulasan tentang urban farming muncul istilah ketahanan pangan yang menyatakan
bahwa “ Pandemi menyadarkan kita semua bahwa urban farming dan berkebun adalah
keahlian bertahan hidup yang penting, terutama saat situasi berubah menjadi
darurat (@millennialsfarmer) ”. Wahhh ternyata efeknya bisa sejauh itu padahal
saya merasa ini hanya hobi iseng disaat tidak ada kerjaan dan efek pasar yang
tutup.
Ternyata apa yang saya
temui dilapangan satu minggu yang lalu cukup membuat wow, saat membeli media
tanam di toko bunga langganan, toko tersebut berhasil menjual 700 karung media
tanam hanya dalam waktu dua jam dan orang antri untuk membelinya dan biasanya
media tanam sebanyak itu baru habis satu bulan. Tidak hanya itu saja segala
macam pot dan poly bag yang biasanya memenuhi toko tersebut sampai penuh hanya
menyisakan sedikit saja barang. Sempat saya tanyakan kepada pemilik toko kok
bisa laris gini kata mereka selama libur banyak orang jenuh di rumah saja dan
pelariannya dengan berkebun. Ya ampun ternyata saya banyak temannya hahahahaha.
Sekarang saya jadi
bertanya sendiri, ketika new normal sudah di terapkan penuh dan aktifitas
masyarakat kembali semula apakah kebiasaan ini akan tetap ada? Apakah ini
menjadi bagian dari new normal atau seharusnya ini lah hidup yang normal sebenarnya?
Saya merasa inilah hidup normal
yang sebenarnya. Selama ini kita terlalu cuek dengan alam dan dari mana makanan
kita berasal karena semuanya di dapatkan dengan mudah. Dengan berkebun saya
belajar banyak hal, bagaimana menjaga keseimbangan alam. Dengan menanam secara
organik mau tidak mau belajar menyesuaikan dengan alam, apabila ada hama maka
di obati bukan dengan obat kimia atau membiarkan dan mengalihkan hama tersebut
ke tanaman lain. Selain menanam akhirnya saya juga memikirkan pengelolaan sampah.
Sampah tidak asal di buang, sampah organic diolah lagi menjadi pupuk sedangkan
yang an organik di kempulkan dan diolah lagi untuk hal yang lain.
Saya sebagai generasi 90
dari dulu tidak tertarik dengan yang namanya pertanian baik jadi pilihan kuliah
ataupun profesi, yang saya tau jadi petani itu susah ga bisa kaya tapi yang
terjadi sekarang orang semakin sadar dengan hidup sehat dan menjaga kesehatan.
Sayuran organic dan semua makanan organic di buru para penganut makanan sehat
dan untuk harga tentu saja lebih mahal mungkin juga ini efek dari banyaknya
penyakit yang timbul yang kadang baru di ketahui namanya saat ini yang dulu tidak
ada penyakit tersebut. Pengagas hidup sehat menyakini untuk memulai hidup sehat
dimulai dari makanan dan isi piringmu.
Mungkin meng viralkan
tagar ketahanan pangan dimulai dari rumah bisa dijadikan kampanye awal agar
orang semakin aware untuk menanam apa yang di konsumsinya sedangkan bagaimana
caranya info di internet sangat banyak dan soal keterbatasan lahan juga banyak
solusinya.
Masa pandemi ini juga
mengajarkan kita bahwa alam ga bisa dilawan karena alam akan tetap ada tanpa
manusia sedangkan manusia tanpa alam tidakakan bisa. Mari kita berselaras
dengan alam ketika kita sudah peduli dengan satu point saja maka kepedulian
akan hal lain akan menular. Selama ini kita telah banyak di beri kekayaan oleh
bumi, sudahkah kita merawatnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar