Senin, 18 Juli 2011

Arti "mengikat makna" bagi saya

Istilah mengikat makna di munculkan oleh pak Hernowo dalam bukunya yang berjudul sama, sewaktu membaca buku tersebut beberapa tahun yang lalu saya langsung jatuh cinta. Paparan nya mengalir, bahasanya juga bagus dan tertata. Maksud dari mengikat makna disini yaitu menulis segala apa yang kita baca, lihat dan dengar, sehingga semuanya menjadi tulisan yang akan meninggalkan jejak.
Saya senang sekali membaca, apa saja buku saya baca terutama buku novel, agama, motivasi, keuangan dan lain-lain. Yang terpikirkan jika saya membaca begitu banyak buku dan saya tidak menulisnya lagi tentu semua akan hilang karena manusia itu sifatnya lupa, dengan saya menulis setidaknya menulis resensi maka suatu saat ketika saya membaca tulisan mengenai buku tersebut akan membantu mengingat kembali memori otak saya. Semenjak saat itulah saya bersemangat menulis apa saja walaupun hobi untuk menulis harian atau diary telah saya mulai dari sekolah dasar tapi sekarang setidaknya saya punya tujuan, arahan dan alasan dari kegiatan menulis tersebut, maka setelah itu hampir semua buku harian saya pada halaman depannya saya tulis "Mengikat Makna" :)).
Menulis bagi saya juga bisa menjadi terapi "kegelisahan", dengan sifat yang rada tertutup dan pendiam hhhmmmm (bukan pencitraan ya xixi) sulit bagi saya untuk menguraikan segala pikiran dan perasaan yang terpendam dan menulis menjadi jawabannya.
Saya perhatikan tulisan harian saya dari masa sekolah-kuliah-menikah-bekerja dan sampai saat ini, terbaiknya ada pada saat kuliah, saya sempat heran dan bertanya bukankah dengan bertambah umur maka pengalaman, kematangan jiwa dan rohani saya juga bertambah dan hal tersebut akan berpengaruh ke tulisan saya. Seharusnya begitu tapi saya menemukan jawaban lain ketika masa kuliah keseharian dan kehidupan saya adalah belajar. Bacaan, lingkungan, kegiatan semuanya menunjang proses belajar tersebut sehingga pikiran dan jiwa saya memang terpusat untuk itu maka saya bisa menulis dengan spontan, lancar dan bebas. Mungkin itu sebuah proses saya percaya semakin saya sering mencoba dan latihan maka menulis akan menjadi sebuah kebutuhan. Satu yang akan tetap saya pegang dalam menulis yaitu menulis dengan hati karena sampainya pun pada hati pula. Ciaooooo ˆ⌣ˆ
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Bekas Sujud

Tanda hitam di dahi cukup jadi bukti bahwa seseorang itu sering melakukan sholat. Tapi apakah itu penting? lalu bagaimana yang tidak punya tanda seperti itu, apa berarti tidak rajin melakukan sholat?
Diriwayatkan dari Rabiah bin Ka'b bahwa ia berkata, "Aku menginap bersama Nabi SAW dan membantu beliau untuk menyiapkan air wudhunya dan kebutuhan lainnya. "Kemudian, Rasulullah bersabda, "Mintalah sesuatu kepadaku, "Aku menjawab, "Aku mohon agar bisa menemanimu di surga, "Beliau menjawab, "bukan lainnya?" Aku berkata, "Hanya itu saja, Lalu Nabi SAW bersabda, "Bantulah aku untuk dirimu dengan memperbanyak sujud." (HR Ahmad Muslim, An Nasai, dan Abu Daud).
Sujud akan menanamkan ketawadhuan dalam diri kepada sesama manusia dan memancarkan sinar keimanan dan kelembutan melalui wajahnya. Itulah bekas sujud sesungguhnya karena seorang muslim yang ruku dan sujud mencari ridha Allah maka adanya sikap tawadhu, kelembutan, kepedulian dan kasih sayang.
Jadi kita jangan hanya terjebak pada tanda lahiriah saja karena ada yang lebih penting lagi dari pada itu. Wallahu a'alam.

Sabtu, 16 Juli 2011

Hadist

"Wahai anak Adam, jangan terlalu gembira dengan kekayaan, jangan terlalu putus asa dengan kefakiran, jangan berduka dengan bencana, jangan terlalu senang dengan kelapangan." (HR Ali Ra)