Selasa, 19 Juli 2011

Bertetangga itu Menyenangkan ˆ⌣ˆ


 Di koran harian minggu saya membaca ulasan mengenai perumahan cluster yang lagi trend di jabotabek, ada salah satu penghuni yang memberi alasan kenapa memilih tinggal di konsep cluster dan jawabannya membuat saya ternganga (untung ga ada lalat lewat he he) "enaknya tinggal di cluster karena tidak ada kewajiban untuk bergaul", eh hellowwww hare gene ga gaul xixixi, andai saya jadi wartawan saat itu pengen deh nanya, kalau terjadi kebakaran, kematian, kemalingan, kerusuhan, apa bener ga perlu tetangga?.
Saya tinggal di perumahan yang judulnya cluster, tapi cluster sederhana ga gedengon gitu, ada satpam yang jaga, pintu keluar cuman satu, ga ada pekarangan, batas antara rumah ga ada tembok pemisah (sssttt batuk aja kedengaran lho xixixi), saya enjoy dengan lingkungannya. Begitu buka pintu mau keluar langsung deh keliatan tetangga, bagi saya seneng-seneng aja, tinggal kasih senyuman dan sapaan, apa susahnya, pahala lagi :). Pengalaman pribadi dan para tetangga nih karena ga ada pagar jadi kalau mau bertamu gampang tinggal ketok pintu aja ga harus lewatin pagar, biasa khan ibu-ibu lagi asyik masak eh ada aja yang kelupaan atau habis ya garam, jeruk, atau bumbu lainnya, ke tukang sayur jauh solusi praktis ketok aja rumah tetangga tanyain punya ga yang kita butuhkan trus minta deh klo ada, biasanya ga ada yang keberatan tuh asal jangan tiap hari aja dan mintanya sekilo, kalo itu mah keterlaluan he he. Pernah nih, air di rumah saya ga keluar, padahal mau pergi dan harus mandi (maklum klo di rumah aja ga mandi :)) ), ya udah tinggal numpang mandi di rumah sebelah, beres. Gimana jadinya kalau saya selama ini ga pernah "gaul" dengan tetangga setidaknya bertegur sapa, kadang orang salah mengartikan berkumpul dengan tetangga hanya bicara gosip, itu tergantung niat klo niatnya cuman pengen gosip ya itulah yang didapat tapi kalau tujuannya silaturahmi maka rasa persaudaraan yang kita dapat. Makanya saya sih asyik-asyik aja bertetangga walaupun ga intens banget (soalnya sering ditegur kemana aja bu kok lama ga keliatan padahal ga kemana-mana :) ) karena sindrom bekerja di kota macet pergi pagi pulang sore :((.
Agama Islam sendiri mengajarkan agar memelihara hubungan baik dengan tetangga. HR Muslim ; Sesungguhnya nabi SAW bersabda, " Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berbuat baik (ihsan) kepada tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia menghormati tamunya dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata-kata baik atau diamlah".
Berbuat baik kepada tetangga meliputi 2 segi, yaitu tidak mengganggunya/menyakitinya dan berbuat ihsan kepadanya yaitu, berbuat hal-hal yang bermanfaat bagi tetangga, membantu kebutuhannya atau meringankan bebannya.
Nabi Saw juga bersabda dalam hadis nya yang lain mengenai adab bertetangga yaitu ; jika pinjam kepadamu maka pinjamilah, jika minta tolong maka tolonglah, jika sakit kunjungilah, jika membutuhkan (apa-apa) berilah, jika fakir bantulah, jika mendapatkan kesenangan ucapkan selamat kepadanya, jika tertimpa musibah hiburlah, jika meninggal dunia ikutilah jenazahnya, janganlah (rumahnya) engkau tutup dengan bangunanmu sehingga ia terhalang memperoleh udara kecuali dengan izinnya, janganlah engkau menganggunya dengan bau masakanmu kecuali kalau engkau beri sekedarnya, dan jika engkau membeli buah-buahan hadiahilah ia, kalau hal itu tidak engkau lakukan maka bawalah masuk ke dalam rumahmu dengan cara rahasia dan janganlah anakmu membawanya keluar rumah yang menyebabkan anak tetangga itu menginginkannya (HR Abu Syekh).
Indah sekali ya agama mengatur adab bertetangga yuk mariii kita sama-sama menjadi tetangga yang baik, jadikan tetangga kita seperti saudara terdekat kita (note to self nih he he)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 18 Juli 2011

Arti "mengikat makna" bagi saya

Istilah mengikat makna di munculkan oleh pak Hernowo dalam bukunya yang berjudul sama, sewaktu membaca buku tersebut beberapa tahun yang lalu saya langsung jatuh cinta. Paparan nya mengalir, bahasanya juga bagus dan tertata. Maksud dari mengikat makna disini yaitu menulis segala apa yang kita baca, lihat dan dengar, sehingga semuanya menjadi tulisan yang akan meninggalkan jejak.
Saya senang sekali membaca, apa saja buku saya baca terutama buku novel, agama, motivasi, keuangan dan lain-lain. Yang terpikirkan jika saya membaca begitu banyak buku dan saya tidak menulisnya lagi tentu semua akan hilang karena manusia itu sifatnya lupa, dengan saya menulis setidaknya menulis resensi maka suatu saat ketika saya membaca tulisan mengenai buku tersebut akan membantu mengingat kembali memori otak saya. Semenjak saat itulah saya bersemangat menulis apa saja walaupun hobi untuk menulis harian atau diary telah saya mulai dari sekolah dasar tapi sekarang setidaknya saya punya tujuan, arahan dan alasan dari kegiatan menulis tersebut, maka setelah itu hampir semua buku harian saya pada halaman depannya saya tulis "Mengikat Makna" :)).
Menulis bagi saya juga bisa menjadi terapi "kegelisahan", dengan sifat yang rada tertutup dan pendiam hhhmmmm (bukan pencitraan ya xixi) sulit bagi saya untuk menguraikan segala pikiran dan perasaan yang terpendam dan menulis menjadi jawabannya.
Saya perhatikan tulisan harian saya dari masa sekolah-kuliah-menikah-bekerja dan sampai saat ini, terbaiknya ada pada saat kuliah, saya sempat heran dan bertanya bukankah dengan bertambah umur maka pengalaman, kematangan jiwa dan rohani saya juga bertambah dan hal tersebut akan berpengaruh ke tulisan saya. Seharusnya begitu tapi saya menemukan jawaban lain ketika masa kuliah keseharian dan kehidupan saya adalah belajar. Bacaan, lingkungan, kegiatan semuanya menunjang proses belajar tersebut sehingga pikiran dan jiwa saya memang terpusat untuk itu maka saya bisa menulis dengan spontan, lancar dan bebas. Mungkin itu sebuah proses saya percaya semakin saya sering mencoba dan latihan maka menulis akan menjadi sebuah kebutuhan. Satu yang akan tetap saya pegang dalam menulis yaitu menulis dengan hati karena sampainya pun pada hati pula. Ciaooooo ˆ⌣ˆ
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Bekas Sujud

Tanda hitam di dahi cukup jadi bukti bahwa seseorang itu sering melakukan sholat. Tapi apakah itu penting? lalu bagaimana yang tidak punya tanda seperti itu, apa berarti tidak rajin melakukan sholat?
Diriwayatkan dari Rabiah bin Ka'b bahwa ia berkata, "Aku menginap bersama Nabi SAW dan membantu beliau untuk menyiapkan air wudhunya dan kebutuhan lainnya. "Kemudian, Rasulullah bersabda, "Mintalah sesuatu kepadaku, "Aku menjawab, "Aku mohon agar bisa menemanimu di surga, "Beliau menjawab, "bukan lainnya?" Aku berkata, "Hanya itu saja, Lalu Nabi SAW bersabda, "Bantulah aku untuk dirimu dengan memperbanyak sujud." (HR Ahmad Muslim, An Nasai, dan Abu Daud).
Sujud akan menanamkan ketawadhuan dalam diri kepada sesama manusia dan memancarkan sinar keimanan dan kelembutan melalui wajahnya. Itulah bekas sujud sesungguhnya karena seorang muslim yang ruku dan sujud mencari ridha Allah maka adanya sikap tawadhu, kelembutan, kepedulian dan kasih sayang.
Jadi kita jangan hanya terjebak pada tanda lahiriah saja karena ada yang lebih penting lagi dari pada itu. Wallahu a'alam.