Senin, 28 November 2011

DI BAWAH LINDUNGAN KA'BAH (HAMKA)

 "Manusia Tidak Dapat Menentukan Nasibnya Sendiri"

Alhamdulillah akhirnya punya karya Hamka yang legendaris ini terima kasih buat @malami book store, walaupun sudah di bikin film tapi tetap saya lebih tertarik dengan buku daripada filmnya :))). Buku ini bercerita mengenai kisah kasih tak sampai, hampir sama seperti tema novel Hamka "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk". 

Saya sangat menyukai cara bertutur Hamka lewat tulisan, bagi saya Hamka tidak hanya seorang ulama tapi juga sastrawan. Buku-buku agama Islam yang serius pembahasannya pun cara ditulisnya dengan apik hingga enak di baca dan mudah dimengerti.

Di Bawah Lindungan Ka'bah bercerita Hamid seorang anak yatim dan hidup susah bersama ibunya, karena kebaikan hati orang tua Zainab, tetangga di kampungnya yang baik hati menolongnya hingga ia bisa bersekolah dan dianggap seperti keluarga sendiri. Setelah dewasa Hamid menyadari ada perasaan cinta kepada Zainab, begitu pun dengan Zainab. Tapi karena keadaanya yang bagai langit dan bumi Hamid tidak berani menyampaikannya dan memilih pergi jauh meninggalkan Zainab. Malang bagi Zainab perasaan yang hendak diutarakannya kepada Hamid tak bisa terucap karena Hamid pergi tanpa berita. Walaupun pada akhirnya mereka bisa bertemu dalam surat yang disampaikan lewat teman sepermainannya semua telah terlambat Zainab sakit keras dan belum menikah. Akhirnya Zainab dan Hamid sama-sama berpulang membawa cinta yang terpendam.

Mengapa judulnya di bawah lindungan Ka'bah karena novel ini bercerita Hamka yang sedang berada di Mekah bertemu Hamid yang akhirnya mereka akrab dan Hamid bercerita mengenai kisah hidupnya. Ia pun meninggal pada saat menjalankan ibadah haji.

Tema kasih tak sampai adalah tema umum yang sering kita temui dan cerpen dan novel. yang membedakannya adalah cara menuliskannya. Hamka mempunyai ciri khas sendiri dalam tulisannya, bahasanya halus dan sopan, apalagi ia selalu berpatokan pada syariat dan agama. Dalam tulisan ini sengaja saya kutip beberapa bagian dalam tulisan novel tersebut.

"Cinta itu adalah jiwa, antara cinta yang sejati dengan jiwa tak dapat dipisahkan, cinta pun merdeka sebagaimana jiwa. Ia tidak memperbedakan di antara derajat dan bangsa, di antara kaya dan miskin, mulia dan papa. Demikianlah jiwa saya, di luar dari kekang kerendahan saya dan kemuliaannya, saya merasai bahwa Zainab adalah diri saya. Saya merasa ingat kepadannya adalah kemestian hidup saya, rindu kepadanya membukakan pintu angan-angan saya menghadapi zaman yang akan datang"

Cara bertutur Hamka seperti berpuisi, bahasa yang tertata dan bermakna, Dalam novel ini ada yang hendak disampaikannya, walaupun dia seorang ulama tapi dia tidak menolak adanya perasaan cinta, cinta yang dituturkan tetap cinta yang bersandar kepada Allah.

"Hidupmu yang tiada mengenal putus asa, kesabaran dan ketenangan hatimu menanggung sengsara, dapatlah menjadi tamsil dan ibarat kepada kami.
Engkau telah mengambil jalan yang lurus dan jujur di dalam memupuk dan mempertahankan cinta.
Allah adalah Maha-adil, jika sempit di dunia ini bagimu berdua, maka alam akhirat adalah lebih luas dan lapang, disanalah kelak makhluk menerima balasan dari kejujuran dan kesabarannya, disanalah penghidupan yang sebenarnya, bukan mimpi dan bukan tonil."



Kamis, 24 November 2011

Sekuat-kuatnya menahan diri agar tetap sabar dan tidak emosional, tetap kalah bila PMS datang :((

Selasa, 22 November 2011

Sapaan Teman Di Suatu Pagi

Suara yang biasanya begitu tenang
Pagi itu menjadi nyaring
"Kenapa sih kamu ga pernah telpun aku, kenapa harus aku yang selalu telpun"
Kemudian hening
Temanku sayang,,,,,,,,,,,
Maaf jika aku jarang berkirim kabar
Bukan karena melupakanmu
Dan juga bukan karena tidak ingin berteman lagi
Ini hanya masalah kebiasaan
Terbiasa berkomunikasi lewat tulisan
Masih segar dalam ingatan bagaimana dulu keakraban kita
Kemana-mana sering berdua
Kadang aku juga ingin say hello dirimu, tapi aku bingung hendak mengabarkan apa
Tidak ada berita besar dan berita yang luar biasa dariku
Kehidupanku biasa-biasa saja
Berjalan sederhana, slowly, dan aku bahagia
Kita memang terpisah jauh antara pulau
Aku bilang bbm an saja dan kamu bilang "aku tidak perlu handphone canggih itu, internet saja aku ga pernah buka"
ketika kamu bilang "aku ga butuh cerita-cerita luar biasa mu, aku hanya ingin disapa dan mengingat betapa dulu kita sangat dekat dan bercerita hal-hal biasa yang sangat sepele"
Aku terharu menderngarnya, maafkan aku
Mungkin aku menganggap dirimu sama seperti yang lain
Ketika bertemu langsung cerita kemajuan karir, menawarkan peluang bisnis dll
Padahal aku hanya ingin ngobrol konyol tentang saat-saat kita dulu
Temanku berbahagilah engkau tinggal di ujung pulau sana yang sangat indah dan kehidupanmu tidak berlomba dengan waktu dan hasrat mengejar ini dan itu
Aku berjanji Insya Allah akan sering menghubungimu
Walaupun hanya untuk berkata Assalamualaikum, aku disini baik-baik saja dan masih mengingatmu :)))