"Sejak dulu kamu punya segalanya, Arini ; orang tua, suami yang baik, anak-anak yang sehat, karier kepenulisan. Segalanya."
"Dengan begitu banyak kebahagiaan,
tidakkah seharusnya kamu bersyukur dan bisa sedikit bermurah hati?"
(Hal 241-242)
Poligami. Dari makna kalimatnya saja sudah banyak menimbulkan pro dan kontra. Novel Istana Kedua nya Mba Asma bertema se su atu hehehe. Menurut pengakuan penulis novel ini yang ditulis paling lama sampai bertahun-tahun.
Jujur cerita di novel ini bikin saya gregetan. Antara kasihan dan kesel dengan tokoh yang bernama Mei Rose. Tapi saya juga bertanya-tanya alasan apa ya yang bikin mba Asma memilih alur cerita seperti novel ini. Mei Rose adalah seorang yang paling malang dalam hidupnya dari kecil sampai dewasa penderitaan yang selalu ia terima. Sedangkan Arini adalah seorang gadis yang beruntung dari kecil hidupnya penuh bahagia sampai akhirnya menikah. Seperti layaknya kisah hidup sang putri atau cinderella.
Poligami yang dilakukan suami Arini dengan menikahi Mei Rose atas dasar kasihan dan melindungi anak yang tidak dikehendaki ibunya.
Mei Rose
" Aku telah merampas sesuatu yang paling berharga dari hidupnya. Dan sangat wajar jika perempuan ini datang dengan segunung lahar api. Hhmm...koreksi Aku tidak merampas apapun, aku hanya memaksanya berbagi"
Arini
"Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?"
Hwuaa saya ga suka dengan kalimat "aku hanya memaksanya berbagi". Paksaan khan tidak diperbolehkan dalam agama, apapun alasannya. Sebagai seorang perempuan ciee saya sangat bersimpati dan sedih dengan apa yang dialami oleh Arini, istri yang baik, hampir sempurna, kemudian mendapati suaminya berbohong dan menikah lagi. Apalagi suaminya digambarkan seorang yang baik dan tau akan agama. (Hahaha tulisan ini keliatanya saya buat dengan kadar emosi yang tinggi sebagai sesama perempuan :)) )
Diluar alasan tersebut novel ini berhasil mempermainkan emosi pembacanya, bukankah hal itu yang diharapkan seorang penulis ? :). Kalau novel ini dibuat tanpa konflik mungkin jadi ga ada gregetnya lagi, misalkan Pras meminta izin Arini untuk menikah lagi dan Arini setuju karena kasian melihat Mei Rose, yahh ini namanya ga seru donk *tepuk tangan buat mba Asma :))*
Akhirnya saya bisa memaklumi kenapa mbak Asma mendiamkan novel ini sampai bertahun-tahun sebelum diterbitkan. Mungkin mba Asma juga memiliki pemikiran dan konflik bathin sendiri *soktau.com*
Buat yang lagi belajar bagaimana bikin novel yang bagus, dengan konflik dan cerita yang tak terduga rasanya novel ini bagus dijadikan contoh. Untuk referensi bacaan juga bagus, hikmahnya bagi saya, kita ga tau apa yang akan terjadi pada kehidupan kita nanti, selama kita punya iman dan tawakal kepada Allah, pasti dibalik kesulitan ada dua kemudahan, setujuuuu....., setuju donk :))