"Ketahuilah Nak, hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran. Kau membenci suara adzan misalnya, benci sekali, mengingatkan pada masa lalu. Itu karena kau tidak pernah mau berdamai dengan kenangan tersebut. Adzan jelas adalah mekanisme Tuhan memanggil siapa pun agar pulang ke pangkuan Tuhan, bersujud. Adzan tidak dirancang untuk menganggu, suara berisik itu bukan untuk menyakiti siapa pun. Itu justru suara panggilan dan harus kencang agar orang mendengarnya."
Saya suka dengan penutup kalimat novel ini dan memberikan ruang kebebasan untuk menafsirkan pesan yang di sampaikan. Pesan yang saya tangkap, sejelek apapun masa lalu, manusia harus ingat hidup ini ada akhirnya dan akan berpulang kepadaNya, maka selalu ada pintu tobat yang Allah berikan.
Novel Pulang ini cerita tentang masa lalu yang berakhir dengan kesadaran untuk pulang dan berlatar shadow economy. Novel ini seru bukan cerita roman cinta-cintaan seperti novel TL biasanya :). Pesan yang disampaikan sederhana tapi pengemasanya bagaikan sebuah cerita detektif yang bisa bikin pembaca susah untuk berhenti membaca.
Si Babi Hutan begitu tokoh utama biasa di panggil, menjalani kehidupannya yang bersangkut paut dengan masa lalu orang tuanya yang menyedihkan. Pekerjaan yang sama di jalaninya seperti orang tuanya dulu tapi hatinya tetap mencari-cari di mana kedamaian diantara segunung kesuksesannya.
"Hidup ini adalah perjalanan panjang dan tidak selalu mulus. Pada hari ke berapa dan pada jam ke berapa, kita tidak pernah tahu, rasa sakit apa yang harus kita lalui. Kita tidak tahu kapan hidup akan membanting kita dalam sekali, membuat terduduk, untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan. Satu-dua keputusan itu membuat kita bangga, sedangkan sisanya lebih banyak menghasilkan penyesalan."
"Mamak, bujang pulang hari ini, tidak hanya pulang bersimpuh di pusaranmu, tapi juga telah pulang kepada panggilan Tuhan. Sungguh sejauh apa puh kehidupan menyesatkan, segelap apapun hitamnya jalan yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami untuk pulang. Anakmu telah pulang."
Saya suka dengan penutup kalimat novel ini dan memberikan ruang kebebasan untuk menafsirkan pesan yang di sampaikan. Pesan yang saya tangkap, sejelek apapun masa lalu, manusia harus ingat hidup ini ada akhirnya dan akan berpulang kepadaNya, maka selalu ada pintu tobat yang Allah berikan.