Rabu, 22 Mei 2019

Surat Asy-syuura ayat 19


Masya Allah, lagi ngaji di pagi hari sampai di ayat ini dan kemudian baca artinya, langsung meleleh, karena pas banget dengan suasana hati.

"Allah maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya, dia memberi rizki kepada siapa yang di kehendaki-Nya dan Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha perkasa"

Baca kata lembut aja udah bikin saya kagum dan bergumam, Ya Allah, kata ini bagus banget, biasanya saya klo kagum sama orang yang halus perasaan dan baik, suka bilang, "lembut banget orang nya", bayangkan ini Allah dan Dia lembut kepada semua makhlukNya.

Penjelasan ayat ini dari tafsir Ibnu Katsir:

Allah memberitakan tentang kemahalembutan-Nya terhadap makhlukNya dalam memberikan rizki kepada mereka hingga akhir, di mana Dia tidak melupakan seorang pun diantara mereka, baik orang yang berbakti maupun  orang yang durhaka.
Seperti yang Allah sebutkan dalam surat Huud 6:
Dia memberi rizki kepada siapa yang di kehendakiNya, yaitu, Dia melapangkan (bagi) siapa saja yang dikehendakiNya.

Jujur kondisi hati saya ketika lagi tilawah sedang galau, banyak pikiran karena banyak kebutuhan dan kondisi yang sedang ada ujian, pas baca ayat ini langsung meleleh, Allah seperti sedang langsung menegur saya dengan mengatakan Allah maha lembut, dia akan memberi rezeki kepada siapa yang di kehendakiNya. Kenapa juga saya harus sedih, cukup tawakal dan berdoa agar Allah mencukupkan dan menyelesaikan segala urusan saya.

Astagfirullah, emang gini klo iman ga seberapa, apa apa di bawa galau 😢.
Ini semacam teguran dari Allah agar saya lebih bertakwa dan tawakal. Biidznillah...

"Jangan Ceritakan" #repost tulisan Tere Liye


Suka sama tulisan ini, bisa jadi tidak semua setuju dan sepaham dengan bang tere, bagi saya, its ok, untuk jadi bahan renungan dan pengingat, jarang ada yang bahas tema seperti ini dengan serius dan konsisten bertahun tahun 😊

Klo saya tetap suport segala sesuatu yang membawa kebaikan, walaupun rasanya perih dan sangat menyindir 😀

*Jangan ceritakan....

Kalian punya mobil mewah seharga 1 Miliar? Tahaaan dulu keinginan kalian posting pamer. Kalian punya rumah megah 10 Miliar? Ups, tahaan dulu nafsu pamernya. Punya baju baru, lagi jalan2 di manalah, sebentar, tahan dulu heboh ingin lapor ke seluruh dunia.

Karena ketahuilah, dulu, ada seorang anak muda, dia bermimpi menjadi orang hebat sekali (bukan cuma punya mobil mewah, rumah megah, jalan2 kemanalah), tapi dia justeru disuruh diam saja.

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”  Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” (Al Qur’an Surah Yusuf Ayat 4-5)

Lihat potongan kalimat di atas. Itu bukan karangan Tere Liye, itu adalah kalimat Tuhan di kitab suci. Bahwa, dulu pernah ada anak muda, namanya Yusuf, dia bermimpi sebelas bintang, matahari dan bulan sujud padanya. Wah, kalau kita yang mimpi begitu, mungkin sudah heboh sekali cerita kemana2, ke keluarga, ke teman, bahkan ke seluruh galaksi Bima Sakti. Tapi apa kata Ayahnya, tutup mulutmu. Jangan ceritakan. Padahal itu Yusuf loh, yg sejak kecil dididik langsung oleh ayahnya Nabi Yakub, pasti hatinya bersih, niatnya pasti mulia kalau dia cerita. Yusuf tetap dilarang cerita oleh Ayahnya.

Maka, tidakkah kita mengambil sebuah hikmah luar biasa dari cerita nyata ini?

Ketahuilah, orang2 yang suka pamer, juga yang selalu bilang ‘saya sih bukan pamer, saya lagi menginspirasi,’ ‘saya lagi berbagi, bukan pamer’, kalian boleh jadi lupa sebuah fakta: sungguh setan itu musuh yang jelas bagi manusia. Kalian lupa kita hidup di dunia ini bukan hanya sendirian. Tidak semua orang sesuci, semulia, dan sehebat kita, yang bisa mengiris secara sempurna, membedakan pamer dengan berbagi dan menginspirasi. Di luar sana, ada manusia lain, dan juga setan. Well, baiklah, kita memang hebat sekali mengelola niat, yakin sejuta persen tidak ada riya, pamer, sombong saat posting hal2 hebat dalam hidup kita, niat kita jauh lebih suci dan hebat dibanding Yusuf, tapi ketahuilah, ada orang lain, ada setan.

Tapi, tapi, tapi kan itu bukan urusan saya. Salah mereka dong yang ngiri, sirik. Toh ini harta2 saya, toh saya memang cantique, memang ganteng, toh ini uang saya sendiri bisa jalan2 ke Mars, dll. Itu benar, sama benarnya dengan ketika Yusuf dijanjikan besok lusa akan membuat sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud kepadanya. Itu hak Yusuf, dia sudah ditakdirkan jadi sehebat itu. Tapi apa kata ayahnya: tutup mulutmu, jangan cerita.

Media sosial ini memang menggoda sekali untuk posting. Dikit2 posting. Iseng, posting. Tidak ada kerjaan, posting. Wajah close up kita tak terhitung berapa kali diposting. Anak2 kita, keluarga kita, tak terhitung berapa kali diposting. Perjalanan kita. Prestasi kita. Hal2 hebat kita, diposting semua. Tentu saja boleh sesekali, namanya juga manusiawi. Tapi pahamilah, setan berkeliaran. Jangan sampai, karena hobi posting beginian, kita telah lupa, apakah itu memang pantas diposting, atau hanya nafsu kita agar tetap eksis, diperhatikan, dipuji, dilike dan dikomen orang lain. Kita memang sedang berbagi, atau karena niat lain? Kita sedang menginspirasi atau sedang tak mau kalah? Kita lupa, semua sudah dianggap kebiasaan yang baik2 saja.

Semoga tidak begitu. Semoga masih ada yang mau memikirkannya. Selalu pikirkanlah minimal dua kali sebelum mengumumkan banyak hal di media sosial ini. Apakah ini penting sekali saya umumkan? Apakah ini mendesak sekali? Atau ini hanya agar orang lain bilang wow keren. Atau ini hanya agar orang lain tahu saya sedang ngapain, saya sedang hebat loh ini. Perjalanan wisata misalnya, jika kita memang mau menginspirasi orang lain biar berpetualang, lebih baik tuliskan tips dan trik cara kita bisa ke sana, posting foto2 kerennya tanpa perlu wajah close-up kita muncul. Coba lihat, liputan2 terbaik tentang perjalanan, di majalah2 travel terkemuka, sering nggak penulisnya ikutan selfie di foto? Jarang saya temukan. Pun saat kita sedang berprestasi sekali, jika kita ingin berbagi, cukup bagikan saja informasinya, tidak perlu sampai ditambah2i quote sebagai caption: “maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?”, Juga epic sekali saat melihat ada foto yang sedang pamer maksimal betapa cantiknya dia, betapa bagusnya baju dia, eh itu foto dikasih hastag: bajubarunemu, fotobarunemu, fotoisengdoang. Apanya yang iseng, itu foto jangan2 diambil minimal 20 kali, dihapus semua yang 19, baru yang 1 terakhir diposting. Kalau memang iseng, sungguh niat banget isengnya. Atau kita sudah benar2 lupa perbedaannya.

Saya tahu, membaca catatan ini membuat banyak orang tidak nyaman. Ada yang bahkan ‘benci otomatis’ dengan Tere Liye. ‘Benci maksimal’ dengan si lebay Tere Liye. Tapi kalian keliru kalau menyangka saya sedang nyinyir, julid ke kalian, catatan ini justeru sebagai upaya habis2an, agar saya ini selalu ingat tidak ikutan lebay pamer juga. Sekaligus agar sy bisa menunaikan kewajiban saling menasihati. Itu kewajiban semua orang, saling mengingatkan.

Maka, bacalah sekali lagi kalimat2 ini:

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”  Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” (Al Qur’an Surah Yusuf Ayat 4-5)

**Tere Liye

Rabu, 15 Mei 2019

7 Ramadhan

Sabtu dini hari ngetik pesan untuk di broadcast di group2 keluarga:

Innalillahi wa inna ilaihi roojiun, telah berpulang ke rahmatullah Zwei Munichi (ochi) suami Resnawati Raflis (ires) hari minggu jam 00. 30 di Rscm
semoga rahimahullah husnul khotimah & keluarga yg ditinggalkan diberi kesabaran & pahala yg besar atas musibah ini.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ

Kalimat istirja', istighfar, hanya ini yang bisa terucap, walau dalam hati rasanya beratttt apalagi melihat kesedihan nires dan anak anak.

Inilah dunia, yang sifatnya sementara, inilah takdir suka atau tidak suka kita harus menerimanya. 

Awal ramadhan yang tak terlupakan, saatnya menata hati dengan lebih mendekat, mendekat, dan mendekat kepada Allah.

Bang oci orang baik, selama jadi ipar aku belum pernah diperlakukan dengan tidak baik selalu ramah, lempeng tapi lucu. Inilah takdir yang telah Allah tetapkan, saat ini mungkin kami masih menerka nerka hikmah apa yang akan kami peroleh, tapi yang pasti dan harus diyakini, Allah adalah sebaik sebaik perencana.