Rabu, 02 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 2


Sudah menjadi cita citaku untuk kuliah di Yogya. Ga masalah negri atau swasta. Karena aku tau diri cukup sulit untuk lolos di universitas negeri ternama di Yogya itu.

Setelah lulus di salah satu pts terkenal, mengambil fakuktas hukum, saat itulah babak baru cerita kehidupan di mulai. Inilah pertama kalinya aku hidup jauh dari keluarga, ga ada pengalaman hidup secara mandiri sebelumnya, dari yang semuanya serba terhidang sekarang harus menjalankan semuanya sendiri eh tapi tidak sendiri juga karena aku tinggal bersama sepupu di sebuah rumah tapi rasanya tetap sendiri karena sibuk dengan urusan masing-masing.

Urusan perkuliahan lancar jaya, hanya sedikit penyesuaian untuk bersosialisasi. Bagiku yogya itu sederhana, sama seperti orang-orangnya. Aku cukup banyak menemukan teman asli yogya, ekonomi keluarganya mapan tapi gayanya biasa aja, asli plain, ga banyak pernak pernik dan ga dandan. Dibandingkan dengan kampung asalku Sumatera Barat, yang gaya orang disana meriah dan mengkilat. 😀

Tapi yang bikin lebih senang kok ya disana banyak orang pintar. Ketika ngobrol pertama kali dengan mereka banyak sekali yang punya wawasan luas baik pengetahuan umum apalagi agama, jadinya mikir selama ini aku yang kurang ilmu dan informasi atau kenapa ya? aku yang anak dari daerah awalnya minder tapi jadi bersemangat pengen pintar kayak mereka juga. Untunglah Yogya itu surga ilmu, kesukaanku membaca sangat beruntung karena banyak yang jual buku murah dan bagus dan salah satu tempat yang sering aku kunjungi namanya shoping center yang lokasinya belakang malioboro.

Sesuai namanya kota pelajar, benar akhirnya aku banyak belajar dari kehidupan di kota itu, ga hanya belajar secara ilmu kuliah tapi juga belajar banyak ilmu kehidupan.

Ahhh yogya matur nuwun sangat atas segalanya. Alhamdulillah.

#ybc1902

Yogyakarta Bercerita 2019


Ada tagar di ig #yogyakartabercerita2019, jadi tertarik buat ikutan karena ada yogya nya,  kata yang sangat melekat di hati 😊

Harusnya dimulai tanggal 1 Oktober selama 14 hari, tapi kemaren karena hectic jadinya kelupaan, its ok tetap semangat menulis.

Bicara yogya bicara kenangan 25 tahun yang lalu, masya Allah ternyata sudah lama berlalu, tapi mengingatnya masih terasa hangat di hati dan pikiran, awwww 😍.

Pengen rasanya cerita ini bersambung, untuk menjait kenangan yang telah berlalu agar tertuang dan bermakna dalam bentuk tulisan.

Semoga ga baper mengingat yang dulu untuk sesuatu kini dan akan datang.

#ybc1901

Selasa, 24 September 2019

Berbagi Peran Dakwah

Udah nonton film apa bulan ini?  Tentang apa? Semoga film yang mengajak kebaikan ya bukan film yang membawa mudharat 😊

Klo saya udah lama ga nonton film ke bioskop, efek dari pengajian yang saya dengar. Klo dulu sih suka.

Jadi sekarang saya yang termasuk kelompok yang ngelarang orang ke biskop nihh? Eh ehh sabar dulu esmeralda, jangan esmosi 😀

Sikap saya berada di pertengahan (ga apa-apa dibilang labil, banci, di bawa senyum aja 😊) , sikap saya tergantung siapa aundience nya, klo sedang menghadapi anak milenial yang doyan nongkrong sambil ngopi trus nonton bioskop tentu saja saya anjurkan nonton film dakwah islami jelas ada manfaatnya daripada film hantu. Klo saya ceramahi tentang larangan nonton bioskop mungkin mereka langsung kabur bilang saya ga asyik.

Hhhmm cerita pengalaman zaman old saya dulu aja ya, zaman kuliah saya hobi baca buku fiksi islami, nonton film islami, padahal dulu ilmu agama saya biasa-biasa aja, bukan kelompok anak kajian, tapi saya tertarik liat mbak-mbak bergamis, berjilbab panjang itu, kayaknya hidup mereka adem dan tenang 😊.  Saya liat bacaan mereka buku-buku agama, klo baca novel pun novel islami, trus film yang mereka tonton juga ada label islami. Ketika saya ikuti eh ternyata saya suka dan penasaran pengen banyak tau lagi. Mulai deh ikut pengajian sekali seminggu trus pakaian juga mulai dirapikan, inilah start awal saya tertarik dengan ilmu agama dan proses nya berlanjut sampai sekarang ketika umur saya sudah di angka 4 dan dulu dimulai dari angka 1💪 itupun dengan kondisi iman yang naik turun. Kebayang khan panjangnya proses belajar mencari ilmu ini, dan saya rasa insyaa Allah baru akan berakhir nanti ketika nafas tlah berhenti, semoga istiqomah.

Jadi singkat kata maksud dari cerita saya itu, bagi para penggiat dakwah bersabar sabar lah dalam berdakwah. Proses setiap orang itu berbeda, ada yang bisa langsung melesat, ada yg slowly kayak saya.

Setiap orang mengambil peran yang berbeda dalam dakwah, bisa jadi start pertama untuk mengenalkan indahnya islam lewat film dan cerita fiksi, setelah belajar lama, mungkin sudah banyak kitab yang mereka pelajari, dakwah film dan cerita fiksi sudah bukan level mereka lagi, mereka hanya tertarik dengan kajian serius.

Makanya ketika banyak yang ribut di media sosial tentang kelompok yang membolehkan dan melarang film islami dan datang ke bioskop, saya rasa itu membuang energi, mending kita sama-sama bersinergi.

Yang udah khatam ilmu mengenai hukum musik, seni dan ikhtilat, ya tidak perlu lagi di dakwahi tentang islam lewat film tentu saja mereka akan menolak tapi yang masih senang gaul ke bioskop, bolehlah diajak nonton film islami.

Saya selalu salut meliat orang yang mau berpeluh peluh dalam dakwah, mereka sangat luar biasa energi dan komitmennya. Makanya sayang klo liat sesama mereka perang statement, yang awam tentu makin bingung dan menjauh.

Yuk yuk kita butuh banyak orang baik
kita butuh banyak ahli ilmu
Butuh bangettt orang yang selalu ngajak kepada kebaikan
Dan kita ga perlu sama orang yang korupsi, ga amanah dan suka
mengadu domba, klo itu sih tenggelamkan saja 😊

Biidznillah, semoga Allah ridho dengan segala rencana kita, dimudahkan untuk melakukan kebaikan dan dijauhkan dari keburukan.