Jumat, 06 Desember 2019
16 Tahun
Senin, 11 November 2019
Repost Tulisan Tere Liye "Tahan"
Tulisan ini buat pengingat diri sendiri yang kadang suka lupa klo sudan kepengen 😢
*Tahan
Saya pengin besok2 kalau nikah, maka menikahnya di gedung mewah, cateringnya banyak dan lezat, pelaminannya indah menawan, dan semua bagus2. Tapi nggak ada duitnya. Gimana dong? Boleh ngutang?
Saya pengin punya HP bagus. Yang bisa moto bagus. Yang bisa main game kenceng. Yang keren banget kalau dibawa. Tapi nggak ada duitnya. Gimana dong? Boleh berhutang atau kreditan?
Saya pengin jalan2 kemanalah. Yang bisa selfie keren2. Sy lagi bosan, kalau jalan2 pasti seru. Naik pesawat terbang. Nginep di hotel bintang lima. Tapi nggak ada duitnya. Gimana dong? Boleh minjam duit?
Saya tidak tahu apa yang mendidik generasi hari ini. Tapi kalau jaman dulu, setahu saya, ketika kita pengin sesuatu, lantas tidak ada duitnya, maka solusinya simpel: Tahan nafsu kepengin elu itu. Selesai urusan. Itu cuma kepengin. Itu bukan kebutuhan pokok yang kalau elu nggak penuhi elu bakal mati. Maka simpel sekali mengatasinya, buang jauh2 penginnya. Mau apa dia sekarang? Sudah tidak pengin lagi.
Tapi hari ini, entah kenapa, sy tidak tahu apa yg berubah. Ribuan (atau malah jutaan) orang terjebak hutang di aplikasi. Kasusnya bagai gunung es. Puncaknya saja terlihat, di bawahnya lebih banyak lagi yg sedang terbenam ditagih oleh debt collector aplikasi. Juga ada yang tega sampai menipu demi memenuhi kepenginnya, mencuri, bahkan mempermalukan diri sendiri, mengemis, dll hanya demi kepengin. Juga ada yang halu, bergaya seolah sudah punya ini, itu, tapi halusinasi saja.
Kita memang hidup dijaman serba pamer. Buka HP sebentar, wuaah, isinya pamer. Foto2 pamer, video2 pamer, status2 pamer. Ampun dah. Maka menularlah budaya pamer dan kepengin ini hingga ke gang2 sempit, pelosok2 desa. Sampai lupa, hei, itu selebgram, sosialitas, dan orang2 keren di layar HP kita itu belum tentu juga hidupnya seindah foto pamernya. Jangan bego sekali lihatnya. Ketahuilah, justeru orang paling tajir sedunia, dia tidak pamer foto2. Apalagi orang paling bahagia sedunia, dia tidak minat sedikitpun lapor di media sosial. Lah, situ cuma lihat orang tajir abal2, sosialita KW saja.
Boleh pengin ini, pengin itu? Silahkan. Tapi pastikan kita ngaca dan tidak merepotkan orang lain. Jangan sebaliknya, saat kita diam2 berhutang demi kepengin tersebut, besok2 keluarga yg kacau balau harus bayar itu hutang. Saat kita pengin yang lain lagi, teman kita repotkan untuk berhutang, besok2 persahabatan jadi rusak. Tetangga. Kerabat, dll, direpotkan semua oleh keinginan yang sebenarnya tdk penting2 amat. Buat apa?
Tahan nafsu penginnya. Hidup ini tetap berjalan baik2 saja, bahkan saat 99% kepengin kita tidak ada yang terpenuhi. Tapi saat kita dikendalikan oleh nafsu sendiri. Dunia ini bisa jungkir balik bahkan saat hanya 1% kepengin kita gagal dipenuhi.
*Tere Liye
Senin, 14 Oktober 2019
Yogyakarta Bercerita - Hari ke 14
Alhamdulillah sampai juga di penghujung akhir kegiatan ini menulis selama 14 hari. Terharu aku tuh, ga nyangka bisa konsisten dan setia, maklum penyakit malas sering menghantui dengan alasan ga sempat karena kesibukan ternyata kenangan bisa mengalahkan seribu alasan.
Huff begini rasanya menulis dengan senang hati dan bahagia, karena apa coba? Ya karena tema nya tentang Yogya, yang di liat dari sudut manapun akan membuat hati sesak bahagia dan walaupun ada luka dan sedih yang tersisa hanya doa.
Aahhhh Yogya makasih udah memberi banyak ide dan sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Ini sebagai bagian dari rasa terima kasihku dengan mengabadikan kenangan dalam bentuk tulisan dan cerita.
Untuk akun ig @yogyabercerita yang keren, makasih sudah membangkitkan kenangan dan memberikan ide untuk menuliskan segala rasa tentang Yogya.
Yogya baik baik ya...
Tetap hangat dan terbuka menerima para perantau yang ingin mencari ilmu
Besok2 kita akan bertemu lagi di lain cerita yang lebih baik
Love jogja and you 😊