Resensi
Judul Buku
: Gesang Di lahan Gersang
Penulis :
Diah Widuretno
Penerbit :
Sekolah Pagesangan
Tebal : 402 Halaman
Bertani, Berdaya dan Sejahtera Di Desa Sendiri
Buku ini bercerita mengenai pengalaman Diah Widuretno
sebagai relawan dalam mendampingi anak-anak di dusun Wintaos, desa Girimulya,
Panggang, Gunung Kidul.
Gunung Kidul sendiri terkenal sebagai daerah yang tandus dan
kering. Sehingga bertani tidak bisa dilakukan sepanjang waktu. Walaupun mata pencarian
penduduk disana kebanyakan bertani tetapi menjadi petani bukan suatu cita-cita
atau tujuan bekerja bagi generasi mudanya. Bertani hanya dilakukan orang para
orang tua saja.
Awalnya mbak Diah (panggilan akrabnya) mendampingi anak-anak
di dusun Wintaos untuk belajar non formal. Pada umumnya anak-anak disana
sekolah hanya sampai SD, sedikit yang melanjutkan sekolah biasanya tamat dari
SD mereka keluar dari desa untuk mencari kerja.
Pertama kali didirikan sekolah ini bernama Sekolah Sumbu
Panguripan (SSP) dengan beberapa relawan yang kemudian dalam perjalananya
mengalami konflik internal akhirnya bubar dan kemudian menjadi Sekolah Pagesangan
(SP) dengan mbak Diah sebagai pendiri dan satu-satunya relawan..
Sekolah ini berusaha merubah pikiran masyarakat bahwa untuk
mengatasi kemiskinan itu tidak hanya dengan mencari kerja ke kota tapi bisa
dengan berwirausaha dan tetap berada di desa. Tentu ini tidak mudah apalagi
usaha yang di usulkan berhubungan dengan pertanian.
Masyarakat sendiri
sudah beranggapan apa yang bisa diharapkan dengan pertanian dengan kondisi alam
yang seperti ini. Tetapi dengan tetap membiarkan masyarakat mempunyai pola
pikir harus ke kota, efek negatif yang timbul juga banyak. Orang-orang tua
disana selain bertani juga mengasuh cucu yang di tinggal karena bapak ibunya
bekerja di kota. Apalagi perceraian dan pergaulan remaja yang berisiko menjadi
persoalan di masyarakat.
Ketangguhan mbak Diah ini bagi saya sangat luar biasa dengan
mengajak anak-anak kecil mulai dari tingkat SD untuk saling terbuka dan diskusi
mengenai apa yang menjadi cita-cita mereka dan apa yang bisa dilakukan untuk
mewujudkannya. Walaupun pada akhirnya proses belajar ini melibatkan kelompok
bapak-bapak dan ibu-ibu.
Pendidikan kita saat ini diajarkan untuk mencari kerja bukan
membuka lapangan pekerjaan. Apalagi tema belajar yang seragam tanpa melihat
potensi apa yang ada di daerah mereka. Akhirnya siswa banyak mendapat teori
tapi minim ketrampilan dalam mengelola kehidupan. Padahal dengan menemukan
potensi desa yang kemudian dijadikan usaha dan dikembangkan dengan baik, bisa
mensejaterahkan induvidu dan kelompok setempat.
“ Sekolah Pagesangan berusaha mengajak anak-anak berfikir
ulang dan menyadari bahwa budaya bertani adalah modal dasar yang sesungguhnya
sudah dimiliki, Belajar Bertani adalah belajar tentang keberdayaan dan
kedaulatan ditanah sendiri. Tanah yang sekarat akibat telah lama terpapar pupuk
kimia dan pestisida, coba disehatkan kembali dengan bantuan mikroorganisme.
Proses kembali menghidupkan tanah adalah inti Sekolah pagesangan”
Cara mbak Diah membangun sekolah ini dengan tidak mau
menjadikannya sebagai Lembaga, Yayasan atau apapun namanya hingga tercatat
legal agar bisa mendapatkan dana bantuan bagi saya ini termasuk langka karena
biasanya orang berusaha mencari dana dari luar dan memformalkan institusinya.
Dalam kegiatan sehari-hari untuk melaksanakan programnya
mbak Diah butuh dana yang tidak sedikit tapi ia tidak mau meminta sumbangan
atau menulis proposal. Ia lebih memilih cara yang lebih terhormat dan mendidik
mereka semua bagaimana cara mendapatkan dana tersebut. Akhirnya timbul ide
menjual baju bekas dan berjualan donat dan kue-kue yang lain yang semuanya
dilakukan bersama-sama.
Buku ini bagus sebagai refleksi untuk melihat kembali
pendidikan semacam apa yang kita butuhkan. Untuk daerah tertentu yang rata-rata
masyarakat nya sekolah hanya sampai tingkat dasar selain membaca dan berhitung
lebih baik banyak diberikan ketrampilan dalam bertahan hidup.
Kita bisa melihat kenyataanya hari ini ketika orang banyak
yang di PHK di kota mereka memilih pulang kampung dengan alasan di kampung
masih bisa makan. Bagaimana kalau di kampung sawah dan ladang mereka sudah
mereka biarkan atau jual,mau makan apa? Padahal kampung akan selalu menjadi
tujuan pulang bagi orang yang tinggal di luar tanah kelahirannya.
Saat ini Sekolah Pagesangan sudah bisa dianggap sukses dan mempunyai
nama sebagai penghasil makanan di kalangan penggiat makanan sehat. Dengan
menjual online produk mereka pun sudah sampai kemana-mana. Akhirnya terbukti
siapa bilang dengan tetap tinggal di desa kita tidak bisa berdaya dan Sejahtera?