"Doakan aku semoga aku tidak menjadi gila ya"
itu wa penutup yang dia kirim kepadaku.
Sesak membaca wa nya tapi aku bingung harus membalas apa.
Baru kali ini kuliat dia begitu emosi, aku tau sulit untuk tetap waras pada saat kondisinya saat ini.
Ayah tercinta nya baru saja di rawat pasien pasca stroke yang sehari harinya di bantu oleh dua perawat. Sedangkan ibunya baru saja pulang dari rawat inap minggu lalu karena penyakit kormobid yang sudah lama diidapnya. Sedangkan ia sendiri saat ini sedang berjuang dengan pengobatan kankernya.
Aku sendiri merasakan bagaimana sulitnya mengurus lansia. Hampir 7 tahun mengurus mama dengan segala macam penyakit, operasi yang berulang, sifat dan mood yang cepat berubah, kemauan keras jika dilarang dan sebagainya.
Ia berkali kali mengatakan padaku andai badan ini bisa dibelah aku ingin badanku menjadi 3, mengurus bapak ku, ibu ku dan aku sendiri.
"Say aku capek dan lelah" itu kalimat yang sering aku katakan kepada suamiku di malam hari ketika ia pulang kantor. Biasanya suamiku langsung memelukku dan mengusap kepala ku sambil mengatakan, "cape mu itu menjadikan jalan ke surga, banyak orang di luar sana yang menginginkan capek seperti itu birulwalidain, tapi mereka ga bisa. Sabar ya sayang".
Biasanya setelah itu aku lega ternyata aku hanya butuh perhatian saja setelah seharian lelah mengurus mama sendiri.
Saking terbawa emosinya temanku itu sampai berkata kepadaku "kamu bisa bertahun tahun mengurus ibumu, karena kamu ga ada kanker, sedangkan aku?"
Aku menjawab selow aja chat nya itu, aku tau dia lagi emosi, tidak perlu aku jelasin panjang lebar, aku hanya mengatakan kita sama-sama berdoa ya semoga Allah tolong dan jaga kita. Allah mudahkan dan berikan kita kekuatan.
Sore ini aku duduk sambil berurai air mata, sudah seminggu mama sakit kondisinya drop, lebih banyak diam, tidak bisa beraktifitas apa-apa semuanya harus dibantu. Segala keluhan tentang cape menguap di udara.
Ya Allah aku masih pengen ngobrol dan liat senyuman mama lagi.