Terus terang saya awalnya membeli buku ini karena kaget, saat iklan di sebutkan buku ini bercerita mengenai para Nabi dan Rasul tapi berbentuk puisi apalagi ini berdasarkan kitab Ibnu Katsir. Dalam pikiran saya, apa bisa pelajaran ilmu agama yang begitu serius dan membutuhkan uraian panjang di buat dalam bentuk puisi.
Sepengetahuan saya puisi itu permainan kata yang dibuat dalam bentuk singkat sering kali diksinya memakai metafora. Orang awam sendiri menganggap puisi itu sulit dipahami karena bahasanya terlalu tinggi.
Pertanyaan saya sepertinya sudah di duga oleh penulis, langsung terjawab pada halaman pertama muqaddimah, Abun Nada sang penulis menerangkan. "kenapa puisi? Syaikh utsmain rahimahullah menyatakan, "Pada umumnya puisi lebih mudah di hafal dan tahan lama." Puisi bukan sekedar seni merakit kata. Namun juga ia mengasah rasa.
Kenapa puisi? Sebabnya, anak-anak kita perlu tahu bahwa puisi bukan otoritas seniman, yang kesannya hanya memuja perasaan mereka. Puisi bukan hanya soal asmara pemudi dan pemuda, buka pula sekedar lirik untuk disenandungkan dalam lagu-lagu yang melalaikan jiwa."
"Dalam peradaban Islam, puisi menempati kedudukan yang mulia. Sebut saja, misalnya kitab Alfiyah karya Imam Ibnu Malik rahimahullah yang merangkum kaidah pelajaran bahasa. Demikian juga, kitab Diwan Imam Syafi'i rahimahullah yang padat akan ilmu dan hikmah. Ilmu berbalut bahasa indah tentu akan menimbulkan kesan tersendiri pada jiwa, sebagaimana Allah 'Azza wa jalla juga menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa yang indah. Tentu ada hikmah besar di dalamnya. Bait-bait puisi dalam buku ini tidak keluar dari ruang hampa, bukan pula sekedar hasil perenungan belaka. Setiap kalimat nya saya ambil dari buku Imam Ibnu Katsir, baik secara tekstual maupun secara makna. Kesempatan bagi kita untuk menjelaskan, "Nak, tulisan kecil ini namanya catatan kaki. Ia menunjukkan sumber rujukan. Artinya, puisi ini tidak ditulis asal-asalan. Bukan lahir dari lamunan atau khayalan "
Masya Allah saya terharu membacanya, ternyata seni tidak bertentangan di dalam Islam. Dulu saat saya belum banyak belajar ilmu agama, saya mengira puisi itu adalah bentuk bahasa yang paling indah, romantis, syahdu dan dalam. Anggapan itu semua terpatahkan ketika saya aktif belajar Alquran terutama ketika belajar arti dan maknanya. Saya banyak beristigfar atas pemahaman saya dulu.
Saat ini walau sudah belajar ilmu agama secara tetap saya tetap tidak bisa meninggalkan kesukaan saya terhadap puisi. Memang ada hal yang kadang tidak sejalan jika saya sedang berada di ruang kelas puisi. Teorinya mengatakan puisi itu mempunyai ciri bahasa yang tidak biasa dengan bahasa yang padat sedangkan saya menyukai puisi yang seperti bercerita tapi tidak panjang seperti cerpen atau prosa, tapi mempunyai makna tidak hanya sekedar kata yang indah. Setelah membaca buku ini saya seperti dikuatkan bahwa sah saja kita membuat puisi dengan kalimat yang panjang apalagi mempunyai catatan kaki sebagai rujukan.
Tentu kita semua ingin tulisan kita itu setiap hurufnya membawa kebaikan, menjadi amal jariah. Dengan menuliskan hal yang bermanfaat semoga tulisan menjadi jalan untuk kebaikan tersebut walaupun berbentuk puisi.
Buku ini recomended bagi anak-anak maupun dewasa untuk belajar kisah para nabi dan rasul, uraian yang berbeda dengan buku yang lain.
Akhirnya dari sini saya mencoba membuat sebuah puisi setelah mendengar kajian bada subuh.
Uf
Jangan katakan Uf
Pada orang tuamu
Apakah arti Uf?
Uf
Menurut para ulama
cara paling lembut yang membuat orang tidak nyaman/terganggu/tersakiti.
Uf
Cara menujukkan keberatan dengan cara paling halus.
Uf
Jangan sakiti keduanya dengan cara apapun
Jangan angkat tanganmu pada keduanya
Uf
Kenapa aku terus?
Aku kan sibuk
Uf
Ekspresi paling lunak yang membuat orang lain ga nyaman.
Apabila salah seorang dari orang tua dalam asuhanmu, ketika mendapatkan aroma tak sedap dari mereka jangan membuat eskpresi atau ucapan yang membuat mereka tidak nyaman.
Uf
Hanya dua kata
Tapi bisa mengantarkan kita ke neraka
Uf
Jaga adab dan lisan kita
*Disadur dari Kajian Riyadus Shalihin, Ustad Nuzul Dzikri*