صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
Artinya: (yaitu)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
ٱهْدِنَا
ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
Artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Merupakan satu-satu nya jalan kebahagiaan, maka ketika
membacanya di dalam dan di luar sholat, resapi baik-baik bahwa ini adalah jalan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Lalu, Jalan yang
lurus itu apa?
Jalan yang orang-orang yang Allah berikan nikmat kepada
mereka dan bukan jalan orang yang Allah murkai dan sesat tapi jalan yang Allah
beri nikmat.
Siapa mereka?
Mereka yang Allah sebutkan dalam surat An-nisa ayat 69
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ
فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ
ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ
وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ
أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا
Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya),
mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Yang dimaksud dengan orang sholeh disini adalah orang yang
menjaga kesucian fisik dan hatinya.
4 golongan orang yang disebutkan diatas yaitu para nabi,
shiddiiqiin, syahid, Sholeh yaitu orang yang menggabungkan dua hal yang besar
yaitu mengetahui kebenaran/ilmu dan mengamalkan kebenaran/ilmu tersebut.
Maka pada saat kita berdoa
ٱهْدِنَا
ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
Artinya kita minta ditunjuki ilmu dan amal dan begitu kita
mendapatkannya maka istiqomalah di jalan ilmu dan amal.
Seperti apa orang yang mendapatkan kebahagiaan itu? seperti
orang yang dimaksudkan dalam surat An-Nahl ayat 97
Surat An-Nahl Ayat 97
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ
أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
Iman adalah karakter orang yang mempunyai ilmu karena tidak
mungkin kita bisa mengimani sesuatu tanpa ilmu .
Ilmu amal, ilmu amal, ilma amal itulah dua kunci kehidupan
di dunia dan akhirat.
Setiap orang yang jujur yang berdoa di dalam sholat mereka,
yang mengatakan tunjukilah kami jalan yang lurus maka inilah orang-orang yang
semangat mencari ilmu dan mengamalkan. Terlepas masih ada kekurangan,
kekeliruan, kekhilafan, itu wajar karena كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ setiap
anak nabi Adam pasti banyak melakukan kesalahan. Tapi karakter, spirit pola
mereka adalah mengejar ilmu kemudian mengamalkan.
Tergelincir, tobat kemudian bangkit lagi. Nuntut ilmu,
amalkan, nuntut ilmu, amalkan. Ini yang kita kerjakan di dunia.
Maka sebaliknya barang siapa yang malas menuntut ilmu dan
tidak mengamalkan maka ia tidak jujur ketika mengucapkan, tunjukilah kami jalan
yang lurus.
‘Dan bukan jalan-jalan orang yang dimurkai? “
Siapakah orang yang dimurkai?
Nabi mengatakan langsung, orang yang dimurkai itu Yahudi,
dan setiap orang yang mengetahui ilmunya dan dia tidak mengamalkan.
Beda dengan orang mengamalkan tapi dia tergelincir atau
khilaf.
Maka ulama mengatakan bahwa setiap orang yang mempunyai ilmu
tapi tidak mengamalkan maka dia termasuk orang yang di murkai
Kemudian, siapa orang yang sesat?
Setiap orang yang semangat beramal tapi tanpa ilmu, beramal
dengan ketidaktahuan.
Makanya para ulama mengatakan ٱلْمَغْضُوبِ
عَلَيْهِمْ orang-orang yang dimurkai ini ada pada masalah
niat, mereka tidak jujur, tidak ikhlas kepada Allah. Seperti layaknya orang
munafik punya ilmu tapi tidak diamalkan.
Adapun orang yang tersesat وَلَا
ٱلضَّآلِّينَ masalah
mereka ada pada ilmu.
Orang yang tersesat mereka berjalan tapi tidak tau arah. Mereka
ada usaha, ada semangat, ada langkah, tapi kenapa tersesat? Karena ga tau
ilmunya.
Inilah doa yang kita minta setiap hari kepada Allah yang
intinya jangan sampai kita melangkah tapi tidak tau ilmu dan kita salah pada
niat, tau ilmu tapi tidak mengamalkan.
Jadi orang yang selamat adalah orang yang menggabungkan dua
hal tersebut, ilmu dan amal.
Di surat Alfatiha lah secara jelas dan gamblang Allah
menjelaskan kenikmatan itu ada pada saat kita diberikan ilmu dan amal.
Makanya keliru besar jika kita berpikir orang yang diberi
nikmat itu sebatas orang yang diberi kekayaan, kesehatan, oleh Allah. Karena sejatinya
itu ujian.
Sebagaimana Allah nyatakan dalam surat Al Anbiya ayat 35
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ
وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
Sehat itu ujian, sakit itu juga ujian. Kapan menjadi
kenikmatan? Jika sehat dan sakitnya diisi dengan ilmu dan amal.
Allah melarang kita kagum pada seseorang hanya semata karena
kekayaanya. Sebagaimana Allah katakan di surat At Taubah ayat 55
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَٰلُهُمْ وَلَآ
أَوْلَٰدُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُم بِهَا فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا
وَتَزْهَقَ أَنفُسُهُمْ وَهُمْ كَٰفِرُونَ
Artinya: Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka
menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan
anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan
melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.
Dari ayat tersebut dikatakan harta dan anak2 mereka bukan
nikmat tapi azab jika mereka tidak beriman kepada Allah.
Seringkali kita menyangkal hal tersebut karena terlihat mereka
baik2 saja. Tentu saja itu yang terlihat di luar, kita tidak tau yang terjadi
didalam kehidupan mereka karena sejatinya kehidupan dunia itu personal branding.
Maka sebuah ketidak jujuran terjadi jika di dalam sholat,
seseorang membaca ayat 5 dan 6 surat Alfatihah ini tapi orientasinya dunia,
dunia dan dunia.
Hadist Abu Hurairah yang di riwayatkan oleh imam Muslim dan
kitab shahih nya, Nabi SAW mengatakan, aku membagi sholat, maksudnya surat
alfatiha antara aku dan hambaku setengah setengah. Setengah untukku dan
setengah untuk hambaku.
Maksudnya?
Apabila hambaku
mengucapkan
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ maka
Allah menjawab ayat tersebut dengan mengatakan; hambaku baru saja memujiku dan apabila hambaku
membaca ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ maka Allah menjawab, hambaku baru saja memujiku lagi. Lalu
ketika hambaku mengatakan مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ maka
Allah meresponnya dengan mengatakan hambaku baru saja menganggungkan diriku dan
apabila hambaku mengatakan إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ maka Allah merespon bahwa ayat ini kita bagi dua, setengah
untukku dan setengah untuk hambaku, maksudnya ibadah itu dipersembahkan untuk
Allah dan adapun meminta pertolongan kepada Allah itu untuk hambaku, maksudnya
Allah akan kasih pertolongan kepada kita. Adapun ketika hambaku mengatakan ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
maka Allah mengatakan ini semua untuk hambaku dan hambaku
akan mendapatkan apa yang mereka minta.
Reminder: Resapi setiap ayat jangan buru-buru, Jika dalam
sholat saja kita tidak khusuk, padahal Allah langsung menjawab apa yang kita
ucapkan sedangkan kita tidak menghadirkan rasa pada saat membacanya, pikiran
kita blank, maka pantas saja hidup kita tidak berkah.
Surat Alfatiha ini luar biasa yang merupakan rahasia Alquran
yang merupakan saripatinya Alquran .
Sumber: Kajian Ustad Nudzul Zikri