Dulu selepas SMA 'pergi' dari rumah untuk kuliah setelah itu berlanjut kerja dan menikah. Pada masa itu bersama mama hanya saat liburan dengan hitungan hari.
Saat ini dimasa tuanya Alhamdulillah bisa tinggal bersama lagi, skenario Allah sangat luar biasa. Kehilangan waktu bersama yang dulu Allah ganti saat ini dan gantian aku yang ngurus mama.
Berapa waktu lalu saat kajian gurunda bilang. "Sering kali orang yang melakukan kewajiban bukan dengan psikis orang yg melakukan kewajiban tapi dengan psikis orang yang merasa berjasa atau karena kebaikan dia, padahal tidak pantas membanggakan diri atas kewajiban yang kita lakukan"
Misalkan nih pengalaman pribadi, ngomel sama suami, kamu kok gini sih pdhal aku Khan udh melakukan ini itu dsb, pdhal yang kita sebutkan semua itu ya kewajiban.
Atau ngadu sama Allah, ya Allah kok ada aja ya masalah, padahall Khan saya udh baik sama keluarga, teman dan juga udh birrulwalidain. Padahal yang disebutkan itu semua kewajiban yang emang kudu harus dilakukan.
Mengevaluasi perasaan ini penting sebagai salah satu rukun dari muhasabah agar terhindar dari virus hati.
Bagi saya pribadi walaupun mendengar nasihat tentang hak dan kewajiban ini berulang kali tetap saja dalam pelaksanaan nya remed, jujur susah...
Kata gurunda "laksanakan saja kewajiban kita soal hak itu ga usah diributkan klo emang hak kita akan kembali kepada kita kecuali kita tidak yakin akan kemahakuasaan Allah"
Trus bagaimana jika dalam pelaksanaanya hak kita tidak diberikan orang lain. Tunaikan saja kewajiban kita kepada dia, jangan sampai ketidaksukaan kita membuat kita tidak adil karena adil itu lebih dekat dengan ketaqwaan. Kemudian mengenai hak kita minta kepada Allah. Kecuali klo kita menuntut karena ada kemaslahatan lain.
Apakah cara ini langsung berbalas? Ga juga, bisa jadi di balas pada saat itu, dikemudian hari atau tidak sama sekali. Yang pasti Allah tidak pernah zalim kepada umatnya dan bisa jadi sesuai dengan janji Alquran bahwasanya bersama kesulitan itu ada dua kemudahan.
Agama mendidik kita seperti ini tentu saja konsep ini riil bukan khayalan cuman melaksanakannya memang butuh waktu bisa jadi proses seumur hidup karena ini konsep tauhid yang tinggi.
Biidznillah, semoga Allah mudahkan melakukan apa yang telah dipelajari.
*Catatan kajian ustad Nuzul Dzikri*