Capee dehhh berhari hari beresin majalah yang numpuk di lemari, biasanya majalah-majalah ini ku jilid sesuai nomor dan bulan tapi sejak pindah ke Bekasi hampir dua tahun yang lalu majalah itu hanya tertumpuk dilemari tanpa di sentuh. Akhirnya ketika mood baik menghampiriku diibongkarlah majalah itu satu persatu dan ternyata jumlahnya buanyak bangettt. Jika menjilidnya setiap tahun ga terasa bertumpuknya lima majalah dan 2 tabloid ini,
Selain dijilid, kadangkala majalah yang aku anggap ga penting kuberikan ke orang lain sebelumnya aku filter dulu dengan mengambil artikel-artikel yang ku suka, seperti kisah seseorang yang bisa jadi pelajaran, contoh model busana dan resep masakan. Setelah dipilih pilih selesai (kayak yang jualan di kaki lima xixi) kenapa jadi banyak banget dan rasanya kok basi ya hari gini masih baca-baca info di majalah, padahal info yang sama ada di internet atau kalau ga ngerti cukup tanya om google. Apalagi dengan aktif di twitter dengan meng follow orang-orang yang inspiratif hingga membuatku kebanjiran informasi.Apa untuk tahun-tahun ke depan majalah masih diperlukan? Sekarang aja aku sudah memutuskan untuk mengurangi langganan majalah karena waktu kosongku lebih banyak membaca di media online.
Sebenarnya sedih karena keberadaan majalah atau buku secara fisik masih diperlukan tapi jika informasi yang cepat dan akurat itu bisa di dapat hanya dengan jempol di tekan kenapa juga harus membeli majalah, setidaknya ada penghematan uang jika belanja majalah dikurangi (perhitungan khas emak-emak ha ha).
Apakah setelah ini tidak ada lagi koleksi majalahku bertambah, apakah hilang di gerus oleh internet dengan media online nya, aku masih cinta sama buku dan majalah secara fisik tapi zaman yang berubah membuat cara membaca itu menjadi beda yang penting aku tetap cinta membaca dan tidak lupa untuk menulis he he he.