Terus terang baca buku ini karena penasaran setelah diulas oleh ustad Salim Fillah . Soalnya sudah lama ga baca buku Dan Brown lagi setelah baca buku Da Vinci Code dan The Lost Symbol. Emang sengaja ngurangin baca novel apalagi ini novelnya tebel banget. Maklum setelah proses hijrah yang kemudian banyak belajar tentang ilmu agama dan baru tau tepatnya baru sadar ternyata oh ternyata yang saya tau tentang agama ini cuman dikit makanya prioritas baca-baca buku yang penting dan hafalan Al quran walaupun kadang masih tetap baca novel kalau udah kangennnn banget :)
Bicara tulisan Dan Brown pasti bicara banyak tentang cerita dan lokasi mengenai sejarah terutama tentang sejarah agama Kristen (ini yang bikin saya agak sedih kenapa novel tentang sejarah Islam sangat kurang, pengen nya sih ada yang sekelas Dan Brown gitu :) ).
Novel ini bercerita tentang seorang atheis yang futuristik. Saat baca buku ini kadang komentar saya muncul, aneh aja, ada tokoh atheis, bercerita tentang sains yang mengalahkan agama , tapi terakhir hidupnya tetap berdoa dan menyatakan atas nama Tuhan.
Secara tema saya merasa biasa aja tapi secara alur cerita, deskripsi tempat, konflik hingga kejutan bagaimana akhir cerita seperti buku Brown yang lain emang keren bangettt. Buku dengan 507 halaman yang pas di baca dari halaman pertama bikin ga bisa berhenti dan penasaran , hanya karena saya ingat banyak kerjaan domestik aja saya taruh buku itu sejenak dan begitu kelar urusan dan kewajiban dengan cepat saya ambil lagi terusin baca sampai selesai :).
Satu hal lagi Dan Brown berhasil membuat saya baca sambil browsing karena lokasi cerita ini di Spanyol dan banyak bercerita tempat sejarah biar lebih memahami dan membuat film sendiri di kepala saya hihi sebentar-sebentar saya googling.
Buku ini banyak bercerita tentang tekhnologi , kecanggihan sebuah program komputer hingga berhasil membuat program manusia palsu yang bisa berbicara, mengolah data dan pintar dalam segala hal. Tapi pada akhirnya tekhnologi juga yang membinasakan sang penemu program.
Pada saat membaca ini saya reflek lagi ke diri saya dan kehidupan sekarang betapa kita begitu sangat dipermudah dan dimanjakan oleh tekhnologi, ibarat dunia dalam genggaman telapak tangan semua bisa kita lakukan dengan jari jemari kita, tapi ada sesuatu yang hilang yaitu perasaan kemanusiaan yang hanya bisa kita rasakan dengan hati dan kontak secara langsung dan personal bukan sekedar dunia maya.
Tokoh Edmond seorang atheis dalam novel ini melalui tekhnologi dan sains berusaha menjawab sebuah pertanyaan "dari mana kita berasal ? dan kemana kita akan pergi ? "
Tokoh Langdon menjelaskan "pertanyaan tentang Tuhan bergantung pada pemahaman akan perbedaan antara kode-kode dan pola-pola . Pola adalah rangkaian yang teratur dan dapat di bedakan. Pola muncul dimana-mana, di alam, benih spiral bunga matahari, riak melingkar di kolam ketika seekor ikan melompat dll. Sedangkan kode itu spesial, harus mengandung informasi. Kode harus lebih dari sekedar membentuk pola, kode harus menyampaikan data dan menyampaikan makna contoh, bahasa, musik simbol dll. Dan kode tidak muncul secara alami di dunia.
Bagaimana dengan DNA? Merupakan suatu kode genetis. Disitulah paradoksnya. Kode genetis jelas membawa data, instruksi spesifik untuk membentuk suatu organisme. Tapi kata Langdon sejak kecil aku punya perasaan bahwa ada kesadaran di balik alam semesta, seimbangan kosmos, aku tidak merasa seperti sedang mengamati sains yang dingin, rasanya aku sedang mengamati jejak-jejak yang hidup...bayangkan suatu kuasa yang lebih besar yang berada di luar pemahaman kita."
Nah eta, kalimat penutupannya itu merupakan jawaban, pada akhirnya ada kuasa yang merupakan di luar kuasa manusia. Sang Maha.
Duhh setelah nulis ini kenapa tiba-tiba saya jadi ingat cerita lama mengenai proses ivf saya.
Ga apa2 lah cerita dikit buat hikmah bagi saya. Pada waktu itu ada yang salah pada pikiran saya, pada saat ET (embrio transfer) selesai dilaksanakan saya sempat berpikiran, nah dua minggu lagi saya akan hamil, karena telah ada embrio yang telah dimasukan setelah melewati proses yang panjang, ternyata tekhnologi bikin gampang ya dan ternyata dalam perjalanan dua minggu itu saya tidak mematuhi prosedur istirahat karena qadarullah saat itu ada musibah pada mama kemudian saya melakukan perjalanan jauh, dan hasilnya bisa di tebak, tidak seperti yang di harapkan. Ternyata teknologi secanggih apapun jika Allah belum mengatakan yes maka hasilnya tetap no. Astagfirullah Alhamdulillah, di balik kesedihan saya mendapat pelajaran banyak setelah itu.
Ahh jadi berpanjang-panjang cerita, jadii kesimpulannya buku ini temanya bagus untuk di jadikan hikmah kehidupan dan dalam bidang kepenulisan bagus jadi referensi betapa Dan Brown piawai bikin orang betah untuk tetap membaca.
Selamat membaca...